Produksi minyak mentah pada sumur tua di Kecamatan Jiken, Blora. |
Sebelumnya pada Februari, PT BPE selama hampir dua pekan menghentikan produksi karena anjloknya harga minyak mentah. ’’Sudah beberapa hari ini kami berproduksi lagi. Kami mendapatkan informasi harga minyak mentah akan naik. Kenaikan itupun akan diikuti naiknya ongkos angkat angkut,’’ujar Plt Direktur Utama PT BPE Christian Prasetya, kemarin.
Ongkos angkat angkut adalah harga yang diberikan Pertamina terhadap minyak mentah yang diproduksi penambang dari sumur minyak tua. Di Blora, selain BUMD PT BPE, pengelolaan sumur minyak tua dilakukan pula sejumlah koperasi unit desa dan penambang lokal.
’’Harga minyak mentah di pasaran internasional berubah-ubah setiap bulan. Ongkos angkat angkut menyesuaikan dengan perkembangan harga minyak mentah tersebut,’’ katanya.
Selama Januari dan Februari ongkos angkat angkut turun drastis. Yakni dari sebelumnya Rp 4.160 perliter, turun menjadi Rp 2.950/liter pada Januari dan turun lagi turun lagi Rp 2.189 perliter pada Februari. ’’Dulu kami menghentikan produksi karena belum terbiasa dengan penetapan harga yang berubah-ubah tersebut,’’ tandasnya.
Berbeda dengan PT BPE, sejumlah penambang tradisional tetap memproduksi minyak dari sumur tua selama Februari. Mereka mengaku tidak mungkin menghentikan produksi. Sebab, jika produksi minyak terhenti dalam jangka waktu tertentu, penambang akan kesulitan melakukan penambangan di kemudian hari.
’’Kalau sumur yang sudah berproduksi kemudian produksinya dihentikan sementara dalam jangka waktu beberapa hari saja, air di dalam sumur akan naik. Dan itu akan menyulitkan penambang jika akan menambang lagi di kemudian hari. Oleh karena itu, meski harganya turun, kami tetap memproduksi,’’ ujar Nur Handayana, salah seorang penambang di sumur minyak tua.
Menurut dia, selama ini Pertamina tidak memberi batasan berapa liter minyak mentah yang harus diproduksi penambang. Selain itu, juga penambang tidak akan mendapatkan teguran jika produksi minyaknya berkurang ataupun berhenti. Hanya saja, kata dia, penambang akan rugi sendiri jika produksi minyak yang diusahakannya berkurang atau malah berhenti. ’’Justru kami akan senang jika minyak mentah yang dihasilkan dari sumur tua jumlahnya banyak,’’tandasnya.
Hanya saja, kata dia, keinginan penambang untuk meningkatkan produksi kerap terbentur kondisi sumur tua itu sendiri. Maklum saja sumur tersebut peninggalan Belanda dan sudah pasti berumur tua. Sumur itupun tidak diusahakan lagi oleh perusahaan besar karena faktor ekonomi.
Usaha tersebut dilakukan setelah mendapatkan izin dari pemerintah. Penambang wajib menyetorkan minyak mentah yang diperoleh dari sumur itu kepada Pertamina. (Abdul Muiz-SMNetwork | Jo-infoblora)
0 komentar:
Posting Komentar
Saya akan sangat senang jika ada komentar yang membangun, tetapi:
*Jangan komentar SPAM
*Jangan menanam link
*Jangan ada unsur sara, Fornografi dan memojokkan
Komentar yang melanggar akan dimasukkan kedalam daftar SPAM dan tidak akan diijinkan lagi.
By: ndeletz.net
Terima Kasih!!