Rombongan Mahasiswa USM Semarang dan Duta Wisata Jawa Tengah foto bersama Mbah Lasiyo sesepuh Kampung Samin Karangpace Desa Klopoduwur Blora, dalam sela-sela kunjungannya. |
Sabtu siang (28/2) sekitar pukul 13.30 WIB rombongan mahasiswa dari Universitas Semarang (USM) dan Duta Wisata Jawa Tengah sengaja mengunjungi kampung samin yang berjarak sekitar 7 kilometer di selatan Kota Blora ini untuk meneladani sifat-sifat kepemimpinan dan kesederhanaan sedulur sikep.
Dengan diantar petugas Tourism Informatian Center (TIC) Blora dan Kasi Program dan Promosi Pariwisata pada Dinas Perhubungan Pariwisata Kebudayaan Komunikasi dan Informatika (DPPKKI) Blora Drs.Sarjono, rombongan disambut langsung oleh sesepuh sikep Mbah Lasiyo di Pendopo Sedulur Sikep Samin setempat.
“Selamat datang di Kampung Samin Dukuh Karangpace Desa Klopoduwur Blora. Inilah salah satu kampung samin yang dihuni sedulur sikep. Sedulur yang terus mempertahankan filosofi ajaran Samin dalam kehidupan sehari-hari, sederhana dan apa adanya,” kata Drs.Sarjono.
Sementara itu Alik Sugeng, salah satu mahasiswa USM Semarang yang juga Duta Wisata Blora 2014 ini mengungkapkan tujuan kedatangannya bersama teman-teman ke Kampung Samin adalah untuk belajar kepemimpinan. “Kami di bangku kuliah tidak ada mata kuliah pembelajaran tentang bagaimana menjadi sosok calon pemimpin yang baik. Bagaimana menjadi seseorang yang berbudi pekerti baik. Sehingga harapannya dengan belajar disini, nantinya selain ahli dalam iptek juga bisa menjadi para calon pemimpin yang jujur, sederhana dan apa adanya seperti halnya sedulur sikep yang selama ini dikenal arif dan bijak,” ungkapnya.
Begitu juga dengan Mas Duta Wisata Jawa Tengah, Purwo Nur Hidayat. Mahasiswa UGM Fakultas MIPA yang sedang menyelesaikan skripsinya ini mengungkapkan ketertarikannya terhadap kehidupan sedulur sikep samin di Blora.
“Sedulur sikep samin dikenal sebagai komunitas tradisional yang masih hidup sederhana, jauh dari melek teknologi namun tetap harmonis. Menyatu dengan alam serta menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran yang saat ini sangat penting dibutuhkan negara ini,” kata Purwo.
Mbah Lasiyo, dalam pemaparannya menjelaskan bahwa untuk menjadi peminpin tidak perlu muluk-muluk. Seperti halnya Samin yang berasal dari kata sami yang artinya sama. Semua manusia dilahirkan sama di mata Tuhan Sang Pencipta. “Kita semua ini pada dasarnya sama, tidak boleh saling merendahkan, apalagi merasa kedudukan kita lebih tinggi daripada lainnya. Walau sedang jadi pimpinan, jangan perlakukan orang yang dipimpin sebagai bawahan. Namun perlakukan sebagai sedulur (saudara sendiri),” paparnya.
“Pakaian sedulur sikep samin yang serba hitam juga mengandung makna bahwa manusia itu kotor. Tidak ada manusia yang suci atau bersih dari kesalahan. Semua pasti punya kesalahan. Begitu juga saat menjadi seorang pemimpin, sebelum menyalahkan orang lain sebaiknya instropeksi diri sendiri terlebih dahulu. Memperbaiki kesalahan pada diri sendiri dahulu lebih utama daripada membicarakan kesalahan orang lain (istilahnya ngrasani),” tambahnya.
0 komentar:
Posting Komentar
Saya akan sangat senang jika ada komentar yang membangun, tetapi:
*Jangan komentar SPAM
*Jangan menanam link
*Jangan ada unsur sara, Fornografi dan memojokkan
Komentar yang melanggar akan dimasukkan kedalam daftar SPAM dan tidak akan diijinkan lagi.
By: ndeletz.net
Terima Kasih!!