Novi (depan) menikmati suasana Waduk Greneng Kecamatan Tunjungan dengan menaiki perahu jukung yang dikemudikan Maya dibelakangnya. (foto: Tio-infoblora) |
Yakni Maya (17) dan Alif (16), dua gadis remaja pemberani dari Dukuh Greneng Desa Tunjungan yang setiap hari minggu giat mengayuh dayung mengantarkan para pemancing menyeberang waduk. Dengan memakai perahu jukung yang terbuat dari kayu, mereka bergantian posisi sebagai pendorong perahu dan pendayung.
“Biasanya mengantar para pemancing menyeberang atau berkeliling waduk mencari lokasi mancing yang pas. Apalagi hari Minggu saat sekolah libur banyak pemancing yang menyuruh kami mengantar ke seberang,” kata Maya.
Dari pengamatan di lapangan, memang hanya perahu jukunglah satu-satunya alat transportasi yang ada di Waduk Greneng. Selain untuk mengantar para pemancing, perahu jukung juga melayani wisatawan lokal yang ingin berkeliling waduk. “Biasanya ada yang minta keliling waduk naik jukung ini. Saya tidak mematok jauh dekatnya, terserah penumpang keliling kemana. Lalu diberi upah sepantasnya. Ada yang memberi Rp 5000, ada yang memberi Rp 10.000, bahkan pernah ada yang memberi Rp 20.000,” ungkap Maya.
Maya dan Alif melajukan perahu jukungnya di Waduk Greneng untuk menghampiri penumpang (foto: Tio-infoblora). |
Sementara itu, Novi (19) salah satu pengunjung Waduk Greneng asal Ngawen menceritakan pengalamannya saat naik perahu jukung di Waduk Greneng. “Saya bersama teman ke Waduk Greneng untuk berekreasi di akhir pekan dan kebetulan ada ojek perahu yang bisa digunakan untuk berkeliling waduk. Asyik memang, namun masih perlu dibenahi dari sisi keamanannya,” jelasnya.
“Bagi yang tidak bisa renang pasti takut kalau sewaktu-waktu jukung terbalik, untuk mengantisipasi itu sebaiknya disediakan jaket pelampung agar merasa lebih safety,” lanjutnya.
Tidak hanya Novi, hal yang sama juga diungkapkan pengunjung lain. Bayu merasa jasa ojek perahu jukung ini berpotensi dikembangkan untuk wisata waduk. “Dari sisi operasionalnya harus memperhatikan keamanan dan keselamatan penumpang. Bagi yang sudah bisa renang dan terbiasa naik jukung pastinya berani-berani saja keliling waduk naik jukung. Tetapi bila wisatawan yang datang belum pernah naik jukung dan parahnya tidak bisa renang pasti akan merasa takut,” kata Bayu, pengunjung asal Karangjati Blora.
Sejauh ini jasa ojek perahu jukung memang hanya dikelola swadaya oleh warga sekitar. Belum ada campur tangan pemerintah setempat sehingga operasionalnya seadanya. “Kedepan kami berharap potensi wisata air ini bisa dikembangkan oleh pemerintah setempat dengan menggandeng berbagai pihak, tak terkcuali warga setempat,” harap Bayu. (rs-infoblora)
0 komentar:
Posting Komentar
Saya akan sangat senang jika ada komentar yang membangun, tetapi:
*Jangan komentar SPAM
*Jangan menanam link
*Jangan ada unsur sara, Fornografi dan memojokkan
Komentar yang melanggar akan dimasukkan kedalam daftar SPAM dan tidak akan diijinkan lagi.
By: ndeletz.net
Terima Kasih!!